1. PLASENTA
Plasenta adalah suatu barier (penghalang) terhadap
bakteri dan virus, akan tetapi tidak efektif dan dewasa ini diragukan sekali
bakteri2 dan virus-viruz tertentu di dalam darah ibu dapat melewati placenta
dan menyebabkan kelainan pada janin yang terkenal adalah pada penyakit rubela.
Dan pembuatan hormon-hormon, khususnya korionik gonadotropin,
korioniksomato-mammotropin (placental laktogen), estrogen dan progesteron.
Korionik tirotropin dan relaksin pun dapat diisolasi dari jaringan placenta.
Kemungkinan bahwa masih ada hormon-hormon lain dalam rangka fungsi plasenta,
khususnya dalam fungsi hormonal dalam kehamilan masih haruz diselidiki lebih
lanjut.
a. Struktur Plasenta
Placenta berbentuk bundar/hampir bundar : diameter 15-20cm & tebal
±2,5cm, berat rata-rata 500gr. Umumnya placenta terbentuk lengkap pada
kehamilan < 16 mgg dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Letak
placenta umumnya di depan/di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah
fundus uteri. Karena alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih
luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi. Jika diteliti benar,
maka placenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu
villi koriales/jonjot chorion & sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal
dari desidua basalis.
b. Letak Plasenta
Letak plasenta umumnya di depan atau di belkang dinding uterus,agak ke atas
arah fundus uteri.Hal ini ialah fisologis karena permukaan bagian atas
korpus uteri lebih luas,sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.Bila
di teliti benar,maka plasenta sebenrnya berasal dari sebagian besar dari bagian
janin,yaitu villi koriales yang berasal dari korion dan sebagian kecil dari
bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries
yang berada di desidua basalis.Pada sistol darah disemprotkan dengan tekanan
70-80 mmHg seperti air mancur kedalam ruamg interviller sampai mencapai chorionic
plate pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi
semua villi koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke
vena-vena di desidua.
Di tempat-tempat tertentu ada implantasiplacenta terdapat vena-vena yang
lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir placenta di beberapa
tempat terdapat pula suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang
berasal dari ruang interviller diatas. Ruang ini disebut sinus marginalis.
c. Pembentukan plasenta
Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh
menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada
lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling
berhubungan. Stadium ini disebut stadium berongga (lacunar stage).
Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian
terjadi perusakan endotel kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga
sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk
sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi
uteroplasenta / sistem sirkulasi feto-maternal.
Sementara itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel
selaput Heuser, terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan
membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm
ekstraembrional. Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm
ekstraembrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic
plate).
Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac
disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural. Menjelang akhir minggu kedua
(hari 13-14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan
diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Meski demikian,
hanya sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang lebih
aktif dibandingkan daerah lainnya.
Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang
makin lama makin besar dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan
kandung kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga
selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion
(chorionic space)
Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan
sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok
sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem
villi). Jonjot ini memanjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu.
Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang
terdapat di bawah jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah
kutub embrional), ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot
sekunder (secondary stem villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi
selapis sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.
Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang
dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah
dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian
menjadi suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier / tertiary stem villi)
(selanjutnya lihat bagian selaput janin).
Selom ekstraembrional / rongga korion makin lama makin luas, sehingga
jaringan embrional makin terpisah dari sitotrofoblas / selaput korion, hanya
dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai
penghubung (connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki
kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan
connecting stalk tersebut akan menjadi TALI PUSAT.
Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus,
seiring dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah
komponen sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi
utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu
dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut sistem
hemochorial), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion.
Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan
komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut
dinamakan sirkulasi feto-maternal.
Plasenta “dewasa” / lengkap yang normal :
1. bentuk bundar / oval
2. diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.
3. berat rata-rata 500-600 g
4. insersi tali pusat (tempat
berhubungan dengan plasenta) dapat di tengah / sentralis, di samping /
lateralis, atau di ujung tepi / marginalis.
5. di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak
menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basalis.
6. di sisi janin, tampak sejumlah arteri
dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali pusat. Korion diliputi oleh
amnion.
7. sirkulasi darah ibu di plasenta
sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat sampai 600-700 cc/menit (aterm).
d. Hormon yang dihasilkan Plasenta
Hormon yang dihasilkan Plasenta antara lain :
· Human chorionic
gonadotropin (HCG),
· Chorionic
somatomammotropin (placental lactogen),
· Estrogen,
· Progesteron,
· Tirotropin korionik
dan relaksin,
· Hormon-hormon lain.
e. Fungsi Placenta
Fungsi placenta ialah mengusahan janin tumbuh dengan baik. Untuk
pertumbuhan ini dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan
mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2 serta sampah
metabolisme janin ke peredaran darah ibu. Dapat dikemukakan bahwa fungsi
placenta adalah:
1. Sebagai
alat yang memberi makanan pada janin (nutritif).
2. Sebagai
alat yang mengeluarkan metabolisme (ekskresi).
3. Sebagai
alat yang memberi zat asam, dan mengeluarkan zat CO2 (respirasi)
4. Endokrin
: menghasilkan hormon-hormon : hCG, HPL, estrogen,progesteron, dan sebagainya
(cari / baca sendiri).
5. Imunologi
: menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
6. Farmakologi
: menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang diberikan melalui
ibu.
7 Proteksi
: barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir2 ini
diragukan, karena pada kenyataanya janin sangat mudah terpapar infeksi /
intoksikasi yang dialami ibunya).
perlu dikemukakan bahwa plasenta dapat pula dilewati kuman-kuman dan
obat-obat tertentu. Penyaluran zat makanan dan zat lain dari ibu ke janin dan
sebaliknya harus melewati lapisan trofoblas placenta. Cepatnya penyaluran
zat-zat tersebut tergantung pada konsentrasinya dikedua belah lapisan
trofoblas, tebalnya lapisan trofoblas, besarnya permukaan yang memisahkan dan
jenis zat.
Janin sendiri hanya mempunyai kemampuan terbatas untuk membentuk antibodi.
Untungnya molekul antibodi tertentu dari ibu dapat masuk ke janin, sehingga
dapat melindungi janin secara pasif. Umpanya, jika ibu dapat vaksinasi cacar
(pariola), difteria, poliomielitis atau jika ibu waktu hamil menderita sakit
campak, dapat suntikan tetanus toksoid dan sebagainya. Kekebalan yang diperoleh
janin dapatberlangsung terus hingga6 bulan setelah dilahirkan.
f. Sirkulasi placenta
Darah ibu yg berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yangn
berada di desidua basalis. Pada sistosel darah disemprotkan dengan tekanan
70-80mmhg seperti air mancur ke dalam ruang interviler sampai mencapai
chorionic plate, pangkal kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi
semua villi koriales & kembali perlahan-lahan dengan tekanan 80mmhg ke
vena-vena di desidua.
Di tempat-tempat tertentu ada implantasiplacenta terdapat vena-vena yang
lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir placenta di beberapa
tempat terdapat pula suatu rung vena yang luas untuk menampung darah yang
berasal dari ruang interviller diatas. Ruang ini disebut sinus marginalis.
Darah ibu yang mengalir di seluruh placenta diperkirakan menaik dari 300 ml
tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40
minggu. Seluruh ruang interviller tanpa villi koriales mempunyai volume lebih
kurang 150-250 ml. Permukaan semua villi koriales diperkirakan seluas lebih
kurang 11 m2. Dengan demikian pertukaran zat-zat makanan terjamin
benar.
Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan
berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari villi tidak
berubah, akan tetapi dari lapisan sititrofoblas sel-sel berkurangdan hanya
ditemukan sebagai kelompok sel-sel, stroma jonjot menjadi lebih padat,
mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya menjadi lebih besar
dan lebih mendekati lapisan trofoblas. Pada kehamilan 36 minggu sebagian besar
sel-selsitotrofoblas tak ada lagi, akan tetapi antara sirkulasi ibu dan janin
selalu ada lapisan trofoblas. Terjadi klasifikasi pembuluh-pembuluh darah dalam
jonjot dan pembentukan fibrin di permukaan beberapa jonjot. Kedua hal terakhir
ini mengakibatkan pertukaran zat-zat makanan, zat asam, dan sebagainya antara
ibu dan janin mulai terganggu.
Deposit fibrin ini dapat terjadi sepanjang masa kehamilan sedangkan
banyaknya juga berbeda-beda. Jika banyak, maka deposit ini dapat menutup villi
dan villi itu kehilangan hubungan dengan darah ibu lalu berdegenerasi. Dengan
demikian, timbullah infark.
g. Tipe-Tipe Plasenta
1. Menurut Bentuknya
· plasenta normal
· plasenta membranasea
(tipis)
· plasenta
suksenturiata (satu lobus terpisah)
· plasenta spuria
· plasenta bilobus (2 lobus)
· plasenta trilobus ( 3 lobus)
2. Menurut Pelekatan dengan Dinding
Rahim
· plasenta adhesiva
(melekat)
· plasenta akreta
(lebih melekat)
· plasenta inkreta
(sampai ke otot polos)
· plasenta perkreta
(sampai ke serosa)
2. TALI
PUSAT
Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang
selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu
bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan
diikat atau dijepit.
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian
akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan
menjadi tali pusat.
Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus
yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom
ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan
lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen
janin yang telah membesar.
Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus
vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam
connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya
amnion dengan korion.
Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus vitellinus
menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal (2
arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin
dengan plasenta.
Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut Wharton’s jelly.
Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut Wharton’s jelly.
1. Letak : Funiculus umbilicalis
terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan
berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbicalis
secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta.
2. Bentuk : Funiculus umbilicalis
berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus
fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
3. Ukuran : Pada saat aterm funiculus
umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2 cm. Hal ini cukup untuk
kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi
lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan
kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang sering. Sebaliknya,
jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik janin), maka
umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang
adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi
ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat
persalinan.
a. Stuktur
Tali Pusat
1. Amnion : Menutupi funiculus umbicalis
dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada
ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik
kulit maupun membran amnion berasal dari ektoderm.
2. Tiga pembuluh darah : Setelah
struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat
akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi
janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus
umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion
plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat
membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah
terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh
darah tersebut yaitu :
· Satu vena
umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus
dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale.
· Dua arteri
umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana
produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di
ekskresikan.
3. Jeli Wharton : Merupakan zat yang
berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada funiculus
umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari
mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah
tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk
janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali
pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini
kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di
dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus
umbilicalis menjadi tebal atau tipis.
b. Fungsi Tali Pusat
Fungsi tali pusat yaitu :
· Sebagai saluran yang
menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat
asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih
dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
· Saluran pertukaran
bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar
melalui arteri umbilicalis.
c. Sirkulasi Tali Pusat
Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang
sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta
penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini
tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur
yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta
yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada
ujung minggu yang ke-16 kehamilan.
Gambar 1.1 Letak janin dalam kandungan ibu
Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus tumbuh dari
membran yang menyelimuti fetus dan menembusi dinding uterus, yaitu endometrium.
Endometrium pada uterus adalah kaya dengan aliran darah ibu. Di dalarn vilus
terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah yang kaya dengan oksigen dan
nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis yang terdapat di dalam tali pusat
ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri
umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida
dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah ibu
yang terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh
lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat
dipenuhi.
Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi
kedua-dua darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen,
air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin, hormon, dan antibodi
dari darah ibu perlu menembus membran ini dan memasuki kapilari darah fetus
yang terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu
juga meresap ke dalarn darah fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi
fetus dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.
Gambar 1.2 Sirkulasi pada tali pusat pada janin
d. Kelainan Letak Tali Pusat
Tali pusat secara normal berinsersi di bagian sentral ke dalam permukaan
fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti :
1. Insersi tali pusat Battledore ® Pada
kasus ini tali pusat terhubung ke palin pinggir plasenta seperti bentuk bet
tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh.
2. Insersi tali pusat Velamentous ® Tali
pusat berinsersi ke dalam membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh
darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak
plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus
bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.
Tali pusat terdapat antara pusat janin dan permukaan foetal placenta. Warnanya
dari luar putih & bukan merupakan tali yang lurus tetapi yang berpilin.
Panjangnya ±55cm (30 – 100cm) & diameter 1-1,5cm. Pembuluh-pembuluh
darahnya biasanya lebih panjang dari tali pusatnya sendiri sehingga pembuluh
berkelok-kelok. Kadang-kadang menimbulkan tonolan pada permukaan
tali pusat & diber nama simpul palsu. Insersi/letak tali pusat
ke placenta :
· Tengah : insertio
sentralis
· Sedikit ke samping:
insertio paracentralis
· Samping : insertio
lateralis
· Pinggir : insertio
marginalis
· Di luar placenta/di
selaput janin : insertio velamentosa
Tali pusat diliputi oleh amnion, yanng sangat erat melekat. Tali
pusat mengandung 2 arteri umbilikalis & 1 vena umbilikalis, selebihnya
terisi oleh zat seperti agar – agar yang disebut sele wharton (wharton’s
jelly). wharton’s jelly mengandung banyak air, maka setelah bayi lahir, tali
pusat mudah menjadi kering dan lekas terlepas dari pusar bayi. Tali pusat juga
mengandung sisa-sisa dari kandung kuning telur & allantois yang hanya dilihat
dengan microscop.
3.
SELAPUT JANIN
·
Pada minggu-minggu pertama perkembangan,
villi/jonjot meliputi seluruh lingkaran permukaan korion.
Antara membran korion dengan membran amnion terdapat
rongga korion. Dengan berlanjutnya kehamilan rongga ini tertutup akibat persatuan
membran amnion dan membran korion. Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi
sehingga tertutp oleh persatuan chorion laeve dengan desidua parietalis.
4.CAIRAN
AMNION
·
Rongga yang diliputi selaput janin
disebut sebagai RONGGA AMNION.
·
Didalam ruangan ini terdapat cairan
amnion
·
Asal cairan amnion: -diperkirakan
terutama disekresi oleh dinding selaput
amnion/plasenta kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk urine janin
yang diproduksi jga dikeluarkan k dalam rongga amnion.
·
Fungsi Cairan Amnion:
-Proteksi, melindungi janin
terhadap trauma dari luar
-Mobilisasi, ruang gerak bagi janin
-Homeostatis,menjaga keseimbangan
suhu
-Mekanik, menjaga keseimbangan
tekanan
-Persalinan, membersihkan jalan
lahir
·
Keadaan Normal Cairan Amnion
-Pada usiakehamilan cukup bulan,
volume 1000-1500 cc
-Keadaan jernih agak keruh
-Steril
-bau khas agaka manis dan amis
-terdiri dari 98-99% air, 1-2%
garam-garam anorgonik
-sirkulasi sekitar 500 cc/jam
·
Kelainan jumlah cairan amnion
-Hidramnion
Air ketuban berlebihan diatas 2000
cc.
-Oligohidramnion
Air ketuban sedikit dibawah 500 cc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar